This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

belakang rumah ku ternyata bagus ya

Selasa, 19 Februari 2013

PENGENALAN HARDWARE OF ICT


BAB I
PENDAHULUAN

Pada saat ini teknologi informasi tidak dapat lagi dipisahkan dari berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk pendidikan.[1] Penerapan dan pengembangan kurikulum berbasis ICT adalah salah satu langkah strategis dalam menyongsong masa depan pendidikan Indonesia. Hal ini sesuai dengan kebijakan yang ada dalam Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005-2009. Kurikulum masa depan bukan sekedar mengikuti Tren Global melainkan merupakan suatu langka strategis didalam upaya meningkatkan akses dan mutu layanan pendidikan kepada masyarakat.[2] Secara geografis dan sosial ekonomis Indonesia, penerapan dan pengembangan kurikulum berbasis ICT akan menjadi tulang punggung sistem pendidikan masa yang akan dating dan perlu diarahkan pada terwujudnya sistem pendidikan terpadu yang dapat membangun bangsa yang mandiri, dinamis dan maju. Pada saat ini telah terjadi proses perubahan teknologi informasi, ICT sebagai simbol perubahan itu. Untuk menghadapi perubahan  tersebut hal yang terbaik kita pilih adalah memanfaatkan arus perubahan tersebut sebagai sumber energi.
Pendidikan sedang mengalami perubahan paradigma. Paradigma, tentang guru. Dahulu guru dianggap sebagai satu-satunya sumber, sekarang banyak sumber belajar yang lain selain guru.[3] Perubahan paradigma tentang kurikulum. Kurikulum pada masa lalu ditentukan oleh pemerintah. Akan tetapi saat ini, kita tengah mengalami perubahan dalam penentuan kurikulum, di mana satuan pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kurikulum sendiri. Sedangkan pemerintah hanyalah menetapkan standar kompetensi. Sekolah masa depan akan mengembangkan kurikulum yang menjadi ciri khas masing-masing.[4]

BAB II
PEMBAHASAN

A.  HARDWARE DAN SOFTWARE
1.    Hardware dan Software dalam tinjauan teknologi pendidikan
Teknologi pendidikan adalah pemikiran sistematis tentang pendidikan, penerapan metode problem solving dalam pendidikan yang dilakukan dengan menggunakan hal-hal yang terkait dengan software dan hardware.[5]
Istilah yang digunakan dalam bahasa Inggris adalah instructional technology atau educational technology. Salah satu pendapat ialah bahwa instructional technology means the media born of the communications revolution which can be used for instructional purpose alongside the teacher, the book, and the blackboard.[6] Pengertian teknologi pendidikan ini sama dengan pengertian media pendidikan yaitu bahan dan alat yang terdiri dari perangkat software dan hardware dalam dunia pendidikan.
Unsur perangkat keras atau hardware adalah semua jenis yang berupa alat peraga atau alat bantu, yang berguna untuk mempermudah proses belajar mengajar yang disampaikan seorang guru pada peserta didik agar peserta didik lebih cepat menerima materi yang diberikan oleh seorang pendidik. Antara lain:
a)      Alat audio visual (seperti TV,VCD, Komputer dan sebagainya)
b)      Alat audio (seperti tape recorder dan pita kaset, radio)
c)      Alat visual (seperti poster hewan-hewan, organ-organ tubuh manusia, peta, proyektor, OHP) dan benda-benda yang lain yang dapat menunjang terjadinya proses belajar.
Alat-alat itu besar manfaatnya, namun bukan merupakan inti atau hakikat teknologi pendidikan. Alat-alat itu sendiri tidak mengandung arti pendidikan. Namun bila dikaitkan dengan suatu pelajaran atau program maka akan bermanfaat untuk pendidikan. Program ini adalah Software.
Software adalah perangkat lunak yang tidak tampak secara fisik dan tidak berwujud benda tapi bisa di operasikan. Software dalam teknologi pendidikan adalah ide-ide atau konsep ilmiah dan sistematis. Fungsinya adalah untuk menganalisis dan mendesain urutan atau langkah-langkah belajar berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dengan metode penyajian yang serasi serta penilaian keberhasilannya.[7]
2.    Software dan Hardware ditinjau melalui Komputer
            Hardware atau Perangkat Keras bisa juga diartikan sebagai komponen pada komputer yang dapat terlihat dan disentuh secara fisik. Jadi, rupa secara fisik dari komputer dapat kita sebut sebagai Hardware atau Perangkat Keras. Bagian-bagian dari Hardware antara lain sebagai berikut:[8]
Berdasarkan fungsinya, perangkat keras komputer dibagi menjadi :
a.    Input device ( unit masukan )
b.    Process device (unit Pemrosesan)
c.    Output device (unit keluaran)
d.    Backing Storage (unit penyimpanan)
e.    Periferal (unit tambahan)
Macam-macam perangkat keras (hardware):
a.                      CPU (Central Processing Unit)
alat yang berfungsi sebagai pemroses data.CPU berisi rangkaian sirkuit yang menyimpan instruksi-instruksi pemrosesan dan penyimpanan data.
b.                     Monitor
alat yang mampu menampilkan teks maupun gambar dari data yang sedang diproses dalam CPU.
c.                      Keyboard
alat untuk memasukkan data maupun perintah ke CPU, biasanya terdiri atas rangkaian huruf, angka, dan tombol fungsi lainnya.


d.                     Mouse
alat bantu untuk memberikan perintah dalam memproses data atau mengedit data.
e.                      Printer
alat yang memproduksi keluaran data (output) berbentuk cetak, berupa teks maupun gambar/grafik.
f.                      CD ROM
Alat tambahan (alat peripheral) yang mampu menyimpan dan menuliskan data dan program melalui media CD (Compact Disk).Alat ini didesain mampu menuliskan dan membaca data atau program melalui sistem optik.
g.                     Compact Disk (CD)
Media penyimpanan yang terbuat dari bahan plastik.Proses penyimpanan dan pembacaan data menggunakan sistem optik.
h.                     Floppy Disk
alat tambahan untuk menyimpan atau menuliskan ke dalam disket maupun sebaliknya, ukuran yang umum digunakan adalah ukuran 3,5 inchi.
i.                       Harddisk
alat tambahan untuk menyimpan data dalam kapasitas besar yang dilapisi secara magnetis, saat ini perkembangan harddisk sangat cepat dari daya tampung dan kecepatan membaca data.Perlu kalian ketahui saat ini harddisk memang mutlak ada dalam setiap komputer atau laptop sebagai penyimpan sistem operasi yang permanen.
j.                       Scanner
alat Bantu untuk memasukkan data berupa gambar atau grafik dan mengubahnya ke dalam bentuk digital sehingga dapat diproses dan digabungkan dengan bentuk data yang berupa teks.
k.                     USB Flasdiks
tempat penyimpanan data yang paling digemari karena kapasitasnya yang besar dan beragam selain itu ukurannya yang kecil memudahkan kita untuk membawanya kemana-mana, hadirnya flasdisk telah menggantikan floppy disk yang dulu sering digunakan untuk penyimpanan data yang portable, kapasitas minimum flashdis adalah 128mb sedangkan untuk kapasitas maksimumnya bisa mencapai 40 Gb, lebih kecil dibanding Harddisk External yang kapasitasnya bisa mencapai 1 tera bite (1000 Gb).
software atau perangkat lunak adalah program program yang telah dipasang (install) pada computer dan berfungsi mengendalikan kerja komputer. Istilah ini mencakup application software seperti word processors yang mengerjakan tugas-tugas produktif pengguna, sistem software seperti operating systems yang menghubungkan hardware agar dapat menjalankan software application, and middleware yang mengontrol dan mengkoordinasikan sistem distribusi.
Pada umumnya kita telah mengetahui pengertian ICT, namun seringkali pengertian kita bermacam-macam. Mungkin di antara kita ada yang mengartikan bahwa ICT adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan komputer. Sering pula di jumpai guru yang menganggap ICT adalah urusan guru komputer semata-mata. Apakah kita sudah terbiasa memanfaatkan ICT dalam pembelajaran?. ICT tidak hanya berhubungan dengan komputer saja, dan tidak hanya boleh dikuasai oleh guru komputer, akan tetapi harus dikuasai oleh semua civitas akademika dalam lembaga pendidikan tersebut, hal ini untuk memaksimalkan pencapaian tujuan pembelajaran.
ICT adalah Information and Communication Technology.  Dalam bahasa indonesianya adalah TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Pendayagunaan ICT dalam pendidikan adalah suatu keharusan, karena suka atau tidak suka arus ICT telah mengalir pada setiap aspek kehidupan.[9] Oleh karena itu diperlukan perubahan paradigma dalam pendidikan untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pendidikan yang optimal. ICT memiliki potensi dan fungsi yang sangat besar dalam peningkatan kualitas pendidikan, untuk itu diperlukan suatu gerakan budaya pemanfaatan ICT untuk pendidikan.
ICT selalu terdiri dari dua komponen yaitu hardware dan software. Hardware atau perangkat keras adalah segala sesuatuperalatan teknologi yang berupa fisik. Cirinya terlihat dan bisa  disentuh. Sedangkan software atau perangkat lunak adalah system yang dapat menjalankan atau yang berjalan dalam perangkat keras tersebut. Software dapat berupa operating system (OS), aplikasi, ataupun konten.[10]
Potensi ICT dalam pembelajaran sangat besar dalam membantu peningkatan efektivitas pembelajaran. Salah satu hasil penelitian menyebutkan potensi TIK sebagai berikut: 10% membaca (teks), 20% mendengar (sound), 30 % melihat (grafis/foto), 50% melihat dan mendengar (video/animasi), 80% berbicara dan melakukan (interaktif). Bila kita gabungkan potensi TIK dalam pendidikan dapat kita lihat sebagai berikut:
  1. Memperluas kesempatan belajar
  2. Meningkatkan efisiensi
  3. Meningkatkan kualitas belajar
  4. Meningkatkan kualitas mengajar
  5. Memfasilitasi pembentukan keterampilan
  6. Mendorong belajar sepanjang hayat berkelanjutan
  7. Meningkatkan perencanaan kebijakan dan manajemen
  8. Mengurangi kesenjangan digital
Peran penting integrasi ICT dalam proses pembelajaran adalah untuk membangun keterampilan peserta didik, yaitu:
1.    keterampilan melek ICT dan media (media literacy skills)
2.    keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills)
3.    keterampilan memecahkan masalah (problem-solving skills)
4.    keterampilan berkomunikasi efektif (effective communication skills)
5.    keterampilan bekerjasama secara kolaboratif (collaborative skills).
Faktor Pendukung dan Penghambat Pendayagunaan ICT di Sekolah. Berdasarkan sejumlah survey yang telah dilakukan sebelumnya, terdapat beberapa faktor yang sering menjadi keluhan para guru, antara lain; tidak tersedianya peralatan, mahalnya akses internet, kurangnya pengetahuan dan kemampuan menggunakan ICT alias gaptek, kurangnya dukungan kebijakan, dll.
Peran Penting Pembelajaran yang mengintegrasikan ICT adalah tantangan pendidikan abad 21, menurut PBB adalah membangun masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society) yang memiliki (1) keterampilan melek TIK dan media (ICT and media literacy skills), (2) keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills), (3) keterampilan memecahkan masalah (problem-solving skills), (4) keterampilan berkomunikasi efektif (effective communicationskills); dan (5) keterampilan bekerjasama secara kolaboratif (collaborative skills). Peran guru dan siswa dalam pembelajaran yang mengintegrasikan ICT dalam proses pembelajaran seharusnya memungkinkan dirinya untuk:
a.        menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pengarah dan teman belajar.
b.        dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar.
Jika, pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran hanya bertujuan untuk mempermudah guru menyampaikan materi, dimana ia berperan sebagai satu-satunya sumber informasi dan sumber segala jawaban, maka lima keterampilan masyarakat abad 21 yang dicanangkan PBB seperti dijelaskan di atas tidak akan berhasil.[11] Jika pemanfaatan ICT dalam pembelajaran masih membuat siswa tetap pasif seperti guru mengajar dengan menggunakan slide presentasi dimana yang masih dominan adalah dirinya, maka sia-sialah teknologi tersebut diintegrasikan dalam proses pembelajaran yang kita lakukan. Jika itu yang terjadi, maka siswa-siswi kita nanti hanya akan memiliki “PENGETAHUAN TENTANG ... .” bukan KEMAMPUAN UNTUK ..”.[12]
Jadi, secara teoretis, integrasi ICT dalam pembelajaran yang sesungguhnya harus memungkinkan terjadinya proses belajar yang:
1.    Aktif; memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna.
2.    Konstruktif; memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalampengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami keingintahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.
3.    Kolaboratif; memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.
4.    Antusiastik; memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
5.    Dialogis; memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah.
6.    Kontekstual; memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan “problem-based.
7.    Reflektif; memungkinkan siswa dapat menyadari dan merenungkan apa yang telah ia pelajari sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri.
8.    Multisensory; memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas belajar, baik audio, visual, maupun kinestetik.[13]

C.  ICT BAGI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM
ICT bisa menjadi media yang sangat tepat dalam menyalurkan pesan yang mendorong terciptanya belajar mengajar siswa, termasuk di dalamnya pesan-pesan yang disampaikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).[14] Peranan mata pelajaran PAI di sekolah menempatkan posisi yang sangat strategis dalam memberikan dasar keimanan dan ketaqwaan peserta didik ke depan. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan PAI menjadi salah satu mata pelajaran yang harus ada mulai jenjang dasar sampai Pendidikan Tinggi.[15]
Sudah banyak software-software islami yang diciptakan para pakar  yang bisa dimanfaatkan dalam menunjang pembelajaran PAI, seperti halnya power point,  flash, al-Quran digital, Dhuha E-book, dan lain sebagainya. Power Point, misalnya sebagai software yang beberapa tahun terakhir banyak diakrabi oleh beberapa orang dalam mempermudah presentasi adalah sangat cocok untuk pembelajaran  PAI.[16] Power point bisa dikomparasikan al-Qur’an digital, software-software  islami misalnya yaasin multimedia and translation, arabic Qu’an, terjemah Al-Quran lengkap, Moshaf Tafsir, Azan, Sahih Muslim, Sejarah Nabi Muhammad SAW, AyatKursi, Multimedia and Translation, Mobile Book (Holy Quran/Quran Bahasa Indonesia), Panduan Praktis Bahasa Arab, Mobile Paket Hadist, Sahih Al-Bukhari Hadith Pro For Mobile Phones, Hadith Reader Basic Bukhari for Mobile Phones, Index Quran Terjemah Bahasa Indonesia, 99 Asmaul Husna Multimedia on Cellphone, mShalat, Kisah Teladan, Kamus Lengkap, Prayer Times Athan and Qibla, Paket Nasehat Islami Lukman AlHakim, Mobile Doa Harian, Supplications, Hadith Qudsi Pro for Mobile Phones, Quran Reader Arabic with English Translation, Al Azkar, Quran Reader Arabic, Quran Word for Word in Arabic and English, Bahasa Indonesian English Dictionary, 99 Names Allah  for Mobile Phones, Zakat Calculator, Badr Dictionary. Power point juga bisa dikomparasikan dengan lagu yang disesuaikan dengan tema pembelajarannya, flash dan sekaligus juga bisa menerima film-film yang akan mempermudah pembelajaran PAI, karena itu guru bisa memilih software power point, sebagai pendekatan dalam pembelajaran PAI.
Jika guru mampu menguasai flash, maka ia juga akan bisa mempermudah dalam pembelajaran. Program ini bisa menyimpan data banyak dalam pembelajaran PAI. Guru tidak perlu repot-repot dengan pembelajaran  manual menerangkan memakai buku. Guru tinggal membawa laptop dan menyiapkan LCD, dan tinggal mengklik tombol-tombol yang sesuai. Jika ingin lebih mendalam, guru bisa mengklik URL, yang menyambungkan dengan alamat-alamat web di internet. Guru juga bisa menugaskan siswa dalam dunia maya, misalnya lewat Facebook, yang pasti sudah diakrabi oleh siswa.
Dalam penyetoran tugas guru bisa mengefektifkan e-mail untuk penyetoran tugas-tugas harian atau tugas-tugas yang  lain. Media mailing list juga cukup efektif untuk membuat komunitas kelas A/B/ yang lainnya dimana mailing  list bisa saling share terkait dengan pembelajaran antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa bahkan guru dengan guru. Memaksimalkan jejaring social (Facebook, Twitter, Yahoo Massenger, dll ) untuk membuat komunitas yang bisa teredukatif dengan pengetahuan agama Islam minimal mengingatkan hari-hari / waktu untuk beribadah lebih intens waktunya puasa sunnah dll.
Penggunaan akun web/blog bisa menjadikan siswa lebih giat untuk browsing materi, dan sebagai media untuk sosialisasi pemikiran-pemikiran guru/ siswa mengenai beberapa hal atau terkait tema-tema yang diajarkan dikelas. Dengan demikian PAI pun bisa mengikuti perkembangan teknologi yang digandrungi siswa.
Sarana penunjang pengembangan pembelajaran yang  berbasis  ICT berupa komputer dan jaringan internet cukup memadai. Hal tersebut memicu semangat warga sekolah untuk menitik beratkan pengembangan sekolah yang salah satunya pada pengoptimalan pendidikan yang berbasis teknologi dan kecakapan hidup.
Selain faktor pendukung ada juga factor penghambat, dari observasi dan wawancara yang peneliti lakukan dilapangan menunjukkan bahwa ada beberapa faktor penghambat diantaranya factor internal, factor eksternal dan kurangnya pengetahuan guru tentang teknologi (gaptek).
Factor internal. ICT merupakan produk baru sehingga masih banyak guru-guru yang belum mengenal ICT secara detail sehingga tidak heran jika terkadang lebih pandai muridnya dalam dunia teknologi dari pada gurunya yang kebanyakan dari mereka ketika sekolah dulu tidak mengenal teknologi seperti sekarang.
Factor eksternal.  Sebagian guru masih gagap technology ( Gaptek ) terutama para senior, dan kurang adanya kesadaran baik pengajar maupun peserta didik dalam menggunakan dan memanfaatkan perangkait ICT.





BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.              Teknologi pendidikan adalah pemikiran sistematis tentang pendidikan, penerapan metode problem solving dalam pendidikan yang dilakukan dengan menggunakan hal-hal yang terkait dengan software ( perangkat lunak ) dan hardware ( perangkat keras ).
2.              Dalam pengembangan pendidikan agama Islam sangat perlu  dilakukan dan dikuasai meskipun terdapat beberapa faktor penghambat baik eksternal maupun internal namun hal itu bisa diminimalisir dengan cara pemberian pelatihan pada guru terkait aplikasi ICT dalam pembelajaran. Jika hal itu masih belum maksimal maka perlu dibentuk study group untuk transformasi pengetahuan ICT dimana  setiap guru yang mahir menjadi tutor / trainer of ICT bagi grupnya.
3.              Dalam pendidikan karakter yang lagi booming di Indonesia saat ini sangat memungkinkan sekali ditanamkan karakter sensitif sosial dan kejujuran dalam pembelajaran ICT atau pengaplikasian ICT. Hal ini untuk menepis anggapan bahwa jika peserta didik dihadapkan pada pembelajaran ICT atau yang berkaitan dengan itu akan terlena dalam dunia teknologi misalnya dunia maya, dan enggan bersilaturrahmi atau semakin individualis. Guru sangat perlu untuk memberikan pengarahan  yang intensif pada siswa agar media ICT ini bisa dimanfaatkan pada hal-hal yang positif dan sesuai syariah Islam.


                [1] Nasution, Teknologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,1994), 28.
                [2] Munir. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Bandung: ALFABETA, 2008), 2.
                [3] Nancy Allens. A Planning guide Information and Communication Technogies in Theacher education.( UNESCO, Paris: Place de Fontenoy, 2005), 56-57.
                [4] OECD. Schooling for tomorrow Learning ICT in Schools, ( Franch: 2001) 20.
[5] Nasution. Teknologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 1
[6] Norman Beswick. Commision on Instructional Technology Resource-Based Learning,  (Virginia,1997 )39
[7] Nasution. Teknologi pendidikan... 2.
                [8] Departemen Pendidikan Nasional, blue print TIK untuk pendidikan (Jakarta: Depdiknas, 2005), 29.
[9] Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005
[10] Kusnandar, ade. TIK untuk Pembelajaran, ( modul, Pustekom Depdiknas 2008 ) 5.
[11] (adaptasi dari Division of Higher Education, UNESCO, 2002)” Toward Policies for Integrating ICTs into Education” High level Seminar for Decision Makers a Policy Makers, Moscow.
[12] adaptasi dari Division of Higher Education, UNESCO, 2002) “ Information and Communication Technologies in Teacher Educaation: a Planning Guide”.
[13] Fryer, ICT & media literacy ( UNESCO: 2001) 57.
[14] Azyumardi azra, pendidikan islam (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), 23.
[15] Taufikurrahman Shaleh. Membangun pendidikan Indonesia, Reformasi Pendidikan menuju masyarakat berbasis Ilmu pengetahuan ( Jakarta Pusat : Lembaga Pers dan Penerbitan Pimpinan pusat Ikatan Pelajar Nahdhotul Ulama, 2009), 183.
[16] Kholilurrahman, “ Manfaat ICT dalam pembelajaran PAI”, dalam media dan alat peraga PAI. Smk.blogspot.com ( 28-11-2011), 1.

Selasa, 17 Juli 2012

pendidikan islam


Pendidikan merupakan satu aspek yang penting di dalam kehidupan setiap individu. Pendidikan bermula sejak seorang itu dilahirkan sehinggalah ia menemui ajalnya. Pendidikan bagi manusia meliputi aspek jasmani,rohani, akal dan sosial. “Manusia mendidik anaknya supaya badannya sihat dan kuat, akalnya waras dan cerdas, rohaninya luhur dan berbudi pekerti tinggi, tahu bermasyarakat dan menyesuaikan diri dalam kelompoknya” (Musa bin Daia,1986).
Di antara pendidikan yang paling penting bagi setiap manusia ialah pendidikan Islam.”Pendidikan Islam adalah pendidikan yang melatih kepekaan (sensibility) para peserta didik sedemikian rupa sehingga sikap hidup dan peri-laku, juga keputusan dan pendekatannya kepada semua jenis pengetahuan dikuasai oleh perasaan mendalam nilai-nilai etik dan spiritual Islam. Mereka dilatih dan mentalnya didisiplinkan, sehingga mereka mencari pengetahuan tidak sekadar untuk memuaskan keingin-tahuan intelektual atau hanya untuk keuntungan dunia material belaka, tetapi juga untuk mengembangkan diri sebagai makhluk rasional dan saleh yang kelak dapat memberikan kesejahteraan fisik, moral dan spiritual bagi keluarga, masyarakat dan umat manusia”(Syed Sajjad Husain & Syed Ali Ashraf , 2000)
Dalam konteks Negara Brunei Darussalam, pihak kerajaan amat mementingkan pendidikan Islam. Pendidikan Islam mula diberikan kepada kanak-kanak sejak mereka berada di peringkat prasekolah hinggalah ke universiti. Untuk menanamkan ajaran-ajaran Islam di kalangan pelajar-pelajar dengan lebih berkesan, maka satu kurikulum yang lengkap,kemas dan tersusun rapi serta berkesinambungan amatlah diperlukan.
Oleh itu di dalam rencana ini penulis akan menerangkan mengenai kurikulum yang berkaitan dengan pendidikan Islam. Kurikulum pendidikan Islam yang dimaksudkan di sini tidak terbatas setakat mempelajari mata pelajaran pengetahuan Ugama Islam sahaja sebagaimana kefahaman kebanyakkan masyarakat hari ini. Tetapi pendidikan Islam itu sebenarnya mempunyai skop jangkauan yang lebih luas meliputi semua cabang ilmu pengetahuan yang dibenarkan oleh agama Islam.
BAB I : KURIKULUM
<!–[i1.1 Definisi Kurikulum
Pengetahuan terus berkembang dan pendidikan semakin kompleks untuk memenuhi keperluan masyarakat dan negara. Kemajuan yang sentiasa dicapai dalam bidang pendidikan telah menyebabkan berubahnya konsep pendidikan dalam sebuah negara dari semasa ke semasa. Bagi mengimbangi perubahan konsep pendidikan, maka apa yang berlaku di dalam proses pendidikan juga perlu diubah agar pelajar dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.
Dalam ertikata lain berubahlah kurikulum bagi setiap sekolah, maktab, universiti dan pusat pengajian tinggi lainnya. Selaras dengan perkembangan ini, maka definisi kurikulum juga turut berubah.
Berbagai-bagai definisi kurikulum telah dikemukakan oleh para pendidik, tokoh-tokoh ilmuan dan para sarjana dari berbagai bangsa. Ada pengertian yang sangat luas dan sebaliknya terdapat pengertian yang sempit. Perkataan kurikulum berasal dari bahasa Latin yang luas digunakan oleh bangsa Yunani. ’Curriculum’ dalam bahasa Latin bermaksud ‘Luang tempat pembelajaran berlaku’ (Sharifah Alwiah Alsagoff,1986).
Walaupun terdapat berbagai-bagai definisi untuk kurikulum, namun hampir semua makna, atau pengertian kurikulum dari definisi-definisi itu akan kembali ke pengertian asal, iaitu satu rancangan pengajian (Sharifah Alwiah Alsagoff,1986).
Di dalam kamus bahasa Arab kurikulum (Manhaj) sering didefinisikan sebagai jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupannya. Seterusnya,Prof. Dr. Omar Al-Syaibani (1991) menjelaskan kurikulum (manhaj) dimaksudkan sebagai jalan terang yang dilalui oleh pendidik atau guru dengan orang-orang yang dididik atau dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka.
Sementara itu Wiles dan Bondi (1993) memberikan definisi kurikulum sebagai:
“It is the range of experiences,both indirect and directed,concerned in unfolding the abilities of the individual,or it is a series of consciously directed training experiences that the school use for completing and perfecting the individual”
Menurut Zuharani (1983), ”Kurikulum adalah semua pengetahuan, kegiatan-kegiatan atau pengalaman belajar yang diatur dengan kaedah yang sistematik, yang diterima anak untuk mencapai suatu tujuan”.
Sementara itu Kementerian Pelajaran Malaysia (1984) menjelaskan ”Kurikulum bermaksud segala rancangan pendidikan yang dikendalikan oleh sesebuah sekolah ataupun institusi pelajaran untuk mencapai matlamat pendidikan”.
Seterusnya, Pg. Dr. Hj. Abu Bakar(2008) menjelaskan:
”Kurikulum adalah maklumat dan ilmu pengetahuan yang diajar oleh guru atau yang dipelajari oleh pelajar di sekolah atau lain-lain institusi pendidikan, dalam bentuk mata pelajaran yang terdapat dalam buku teks dalam setiap tahap pendidikannya”.
Ini bermakna kurikulum itu ialah segala pengalaman yang diperolehi oleh pelajar di sekolah yang mempunyai pengaruh yang baik terhadap kelakuan anak di bawah bimbingan guru bagi mencapai tujuan dan matlamat pendidikan.
Akhirnya dapatlah diambil kesimpulan bahawa kurikulum bukan hanya meliputi mata pelajaran dan pengalaman yang berlaku dalam kelas, malah ia meliputi semua pengalaman, aktiviti, suasana dan pengaruh yang diberikan kepada pelajar atau yang mereka kerjakan atau yang mereka jumpai di sekolah atau yang dikelolakan oleh sekolah. Ini termasuklah , semua kegiatan, pengalaman budaya, seni, sukan dan sosial yang dikerjakan oleh pelajar di luar jadual waktu dan di luar bilik darjah yang dikelolakan oleh pihak sekolah.
BAB II: PENDIDIKAN ISLAM
2.1 Pendahuluan
Pendidikan Islam mempunyai sejarah yang panjang seiring dengan kedatangan Islam itu sendiri (Dr.Gamal Zakaria,2002). Pendidikan Islam berterusan seumur hidup, secara formal dan tidak formal. Ini bererti pendidikan yang berasaskan nilai-nilai Islamiah tidak hanya menghadkan pengajaran akademik dalam bilik darjah. Bimbingan dan asuhan yang dilakukan oleh para pendidik diusahakan setiap masa secara ikhlas bertujuan menjadikan individu beriman dan bertakwa (Kamarudin Hj.Kachar,1989).
2.2 Definisi Pendidikan Islam
Istilah “Pendidikan Islam” merupakan rangkai kata yang membawa makna yang sangat luas. Dalam ungkapan ini sendiri telah tersirat konsep, falsafah dan matlamatnya. Ini agak berbeza dengan kefahaman umum masyarakat hari ini yang menganggap pendidikan Islam itu ialah Mata Pelajaran Agama Islam atau Pengetahuan Agama Islam di sekolah(Mohd Yusuf Ahmad, 2004).
Untuk memberikan pengertian pendidikan Islam yang sempurna, terlebih dahulu kita menjelaskan makna kata ‘pendidikan’ dan ‘Islam’. Menurut Al-Attas,Hassan Langgulung dan Burlian Somad maksud pendidikan itu ialah perubahan dalaman dan perubahan tingkah laku (Mohd Yusuf Ahmad, 2004). Apabila disebut pendidikan Islam ia menjadi lebih khusus dan bermaksud pendidikan yang berteraskan syariat Islam yang berpandukan Al-Quran dan Al-Hadis, dan perubahan yang dikehendaki pula ialah perubahan rohani, akhlak dan tingkah laku menurut Islam.
Dalam bahasa Inggeris istilah pendidikan disebut education. Manakala dalam bahasa Arab pengertian kata pendidikan, sering digunakan pada beberapa istilah, antaranya “ta’lim” ( التعليم ) , tarbiyah ( التربية ( dan ta’dib ) (التاديب . Namun demikian, ketiga kata tersebut memiliki makna tersendiri dalam menunjuk atau menerangkan pengertian pendidikan (Dr. Samsul Nizar,M.A: 2001).
Kata at-ta’lim merujuk kepada pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan keterampilan. Kata at-tarbiyah membawa erti mengasuh, mendidik, dan memelihara. Sementara Kata at-ta’dib dapat diertikan sebagai proses mendidik yang memfokuskan kepada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti pelajar. Pendidikan adalah ‘latihan atau ajaran’ (Dr.Teuku Iskandar,1986). Sementara itu menurut al-Quran, Islam ialah penyerahan diri dan kepatuhan sesuai dengan firman Allah swt dalam Surah Ali ‘Imran ayat 83:
افغير دين الله يبغون وله اسلم من فى السموت والارض طوعا وكرها واليه يرجعون
Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nyalah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi,baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan”
Ini menunjukkan kepada kita bahawa, pendidikan Islam merupakan usaha-usaha pembentukan anak-anak sesuai dengan ajaran Islam, maka dengan itu melalui pendidikan Islam akan dapat menyerapi dan menyedari hal-hal yang sebenar atau hakikat-hakikat baik dalam ajaran dan amalan Islam, atau apa yang terkandung dalam akidahnya, ibadatnya, sistem akhlaknya dan juga ajaran syariatnya yang dilihat dari segi hukum-hukumnya yang zahir. Ahli-ahli fikir Islam berpendapat bahawa dengan menyedari hal-hal ini semua manusia akan mencapai kebahagiaan dalam dunia dan akhirat (Dr. Haron Din & Dr. Sobri Salamon, 1988)
Lebih jauh lagi, pendidikan Islam ialah satu ‘kesatuan’ yang terdiri daripada dua aspek yang bersepadu. Yang pertama ialah bahawa sebahagian daripada ajaran Islam dan undang-undang serta moral hendaklah diajar dengan begitu rupa untuk membolehkan pelajar memahami, setakat yang memadai, asas-asas Islam. Aspek yang kedua ialah untuk melatih pemikiran pelajar dengan cara yang saintifik dan rasional supaya dia dapat menyelaraskan perilakunya dengan moral, undang-undang dan keimanannya terhadap Islam (Muhammad Hamid Al-Afendi & Nabi Ahmed Baloch, 1992) .
Menurut Mohd Kamal Hasan, pendidikan Islam menyatukan semua ilmu pengetahuan di bawah authority dan pengendalian Al-Quran dan Sunnah yang merupakan teras dalam sistem pendidikan dan kebudayaan Islam seluruhnya. Akidah Islam menjadi pusat bagi semua ilmu serta sifatnya integrated. Menurut beliau pendidikan Islam itu bolah dibahagi dua, iaitu formal dan informal (Mohd Yusuf Ahmad,2004).
Akhirnya, dapatlah dibuat kesimpulan bahawa tiada makna yang tepat bagi pendidikan Islam namun dapat difahami oleh semua orang bahawa pendidikan Islam adalah satu usaha untuk mengembangkan fitrah manusia sesuai dengan ajaran agama Islam berlandaskan al-Quran dan al-Sunnah yang akhirnya akan mewujudkan satu masyarakat yang bertamadun tinggi, penuh rahmat dan kebahagiaan serta mendapat keredaan Allah.
2.3 Dasar Pendidikan Islam
Dasar adalah tempat bermula sesuatu aktiviti manusia. Maka ketika menetapkan dasar sesuatu perkara, khasnya dasar pendidikan Islam, setiap individu akan menjadikan pandangan hidup dan hukum-hukum dasar agamanya sebagai panduan. Pendidikan Islam adalah satu aktiviti manusia yang mempunyai dasar-dasar tertentu. Adapun dasar pendidikan Islam ialah al-Quran,Hadith (As-Sunnah) dan Ijtihad para ulama.
2.4 Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan adalah dasar yang hendak dicapai dalam semua kegiatan manusia.Tujuan berfungsi untuk mengarahkan, mengendalikan dan mengembangkan sesuatu kegiatan. Oleh sebab itu setiap tujuan hendaklah dirumuskan dengan tegas dan jelas. Dengan adanya tujuan semua aktiviti dan pergerakan manusia akan menjadi terarah dan bermakna.
Kefahaman kita mengenai tujuan hidup di dunia adalah penting untuk menetapkan tujuan pendidikan Islam kerana setiap didikan yang diterima oleh manusia adalah untuk mencapai tujuan hidup tersebut.
Menurut Islam, manusia diturunkan ke bumi oleh Allah swt adalah sebagai seorang khalifah yang mempunyai tugas untuk:
i.Memakmurkan bumi demi kebahagiaan hidup seperti firmannya dalam Surah Faathir ayat 39:
هو ا لذ ي جعلكم خلا لف في الارض
Ertinya: “Dia-lah (Allah) yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi”
ii.Berbakti kepada Allah swt seperti firmannya dalam Surah Adz-Dzaariyaat ayat 56:
و ما خلقت الجن والانس الاليعبدون
Ertinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”
Daripada keterangan di atas dapatlah dirumuskan bahawa, “tujuan sejati pendidikan Islam adalah menghasilkan orang-orang yang beriman dan juga berpengetahuan, yang satu sama lain saling menompang. Islam tidak memandang bahawa pencarian pengetahuan adalah demi pengetahuan sendiri tanpa merujuk pada cita-cita spiritual yang harus dicapai manusia, tetapi untuk mewujudkan sebanyak mungkin kemaslahatan bagi umat manusia. Pengetahuan yang diceraikan dari agama bukan hanya membuat pengetahuan menjadi bias, bahkan akan menjadikannya sebagai kejahilan jenis modern. Islam menganggap orang yang tidak beriman kepada Allah swt sebagai orang yang tidak berpengetahuan. Orang semacam ini, betapapun luas pengetahuannya, hanya akan mempunyai pandangan yang tidak lengkap mengenai jagat raya” (Syed Sajjad Husain & Syed Ali Ashraf,2000).
Sementara itu menurut Sayid Sabiq (1981) ,tujuan pendidikan Islam ialah agar jiwa seseorang dapat terdidik secara sempurna. Agar seseorang dapat menunaikan kewajipan-kewajipannya kerana Allah. Dapat berusaha untuk kepentingan keluargannya, kepentingan masyarakatnya, serta dapat berkata jujur, dan berpihak kepada yang benar serta mahu menyebarkan benih-benih kebaikan pada manusia. Apabila seseorang mempunyai sifat-sifat seperti itu, bererti ia telah mencapai tingkat orang-orang salih sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah, iaitu orang-orang yang berpegang teguh pada agamanya.
Pendidikan Islam juga bertujuan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan dari peribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal fikiran, kecerdasan, perasaan dan pancaindera. Oleh kerana itu pendidikan Islam harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia, baik spiritual, intelektual, imaginasi (fantasi), jasmani, keilmiahannya, bahasanya, baik secara individual maupun kelompok, dan mendorong aspek-aspek tersebut kearah kebaikan dan pencapaian kesempurnaan hidup ( Abdul Raof Dalip, 1990).
Sementara itu, menurut hasil Kongres Pendidikan Islam Sedunia Tahun 1980 di Islamabad, menyebutkan bahawa pendidikan Islam haruslah bertujuan mencapai pertumbuhan keperibadian manusia yang menyeluruh, secara seimbang melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasional, perasaan dan indera. Kerana itu, pendidikan harus mencapai pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya; spiritual, intelektual, imajinatif, fisik, ilmiah dan bahasa secara individual maupun kolektif. Mendorong semua aspek kearah kebaikan dan mencapai kesempurnaan. Tujuan akhirnya adalah dengan perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara peribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia (Dr. Samsul Nizar,M.A, 2001)
Akhirnya dapatlah diambil kesimpulan bahawa tujuan pendidikan Islam itu tidak statik. Ia sering mengalami perubahan mengikut kepentingan dan perkembangan masyarakat di mana pendidikan itu dilaksanakan. Walaupun begitu sebagai umat Islam kita mestilah berpegang teguh dan terus merujuk kepada Al-Quran dan As-Sunnah dalam melaksanakan tujuan pendidikan Islam.
2.5 Matlamat Pendidikan Islam
Pendidikan Islam mempunyai beberapa matlamat tertentu. Di antara matlamat-matlamatnya adalah jelas untuk melahirkan insan yang budiman, beriman, bertakwa dan salih. Pendidikan Islam nyata sekali menuju ke arah perkembangan tingkahlaku yang sihat. Ekoran daripada matlamat murni ini berkembanglah manusia yang menyedari hakikat lahirnya sebagai hamba Allah swt yang menurut perintahnya, yang beramanah dan bertanggungjawab (Kamarudin Hj. Kacar,1989).
Menurut Dr. Abdur Rosyad Syuhudi(1990) di antara matlamat pendidikan Islam itu ialah untuk mengenal diri manusia itu sendiri, untuk mengenal tugas dan tanggungjawab manusia, untuk menyusun struktur masyarakat, untuk membentuk akhlak yang mulia di kalangan manusia, untuk menjaga kepentingan agama dan kehidupan serta untuk memberikan kepentingan jasmani dan rohani.
Ustaz Abdul Raof Dalip (1990) ada menyatakan beberapa matlamat pendidikan Islam. Antaranya ialah untuk mentauhidkan diri kepada Allah,untuk pembentukan akhlak yang mulia, menyedarkan manusia mengenai keperluan ilmu pengetahuan, menyedarkan manusia mengenai peranannya sebagai Khalifah, untuk pembentukan insan soleh, untuk pembentukan akhlak atau syahsiah Islamiah di dalam diri manusia, untuk mempersiapkan manusia bagi kehidupan di dunia dan di akhirat, untuk memberi perhatian serta menjaga kemanfaatan individu dan masyarakat, dan akhir sekali untuk penyediaan tenaga mahir dan profesion dalam berbagai bidang kehidupan.
Ghazali Darussalam (2004) di dalam buku ‘Pedagogi Pendidikan Islam’ ada menyebutkan beberapa pendapat sarjana dan ilmuan mengenai matlamat pendidikan Islam. Antaranya, Prof. Dr. Mohd. Athiyah Al-Abrasyi menjelaskan matlamat pendidikan Islam adalah;
“Pendidikan hendaklah menyediakan seseorang itu sehingga ia dapat hidup dengan sempurna, bahagia, cintakan negara, kuat jasmaninya, sempurna akhlaknya, teratur pendidikannya, halus dan murni perasaannya, cekap dalam kerjanya, berkerjasama dengan orang lain, baik bahasanya, tulisannya dan lisannya serta tangannya dapat membuat sesuatu pekerjaan itu dengan baik.”
Daripada keterangan di atas maka jelaslah bahawa tujuan dan matlamat pendidikan Islam itu tidak jauh berbeza malah hampir sama. Sebagai rumusan kita lihat petikan berikut;
“Al-Qabisi, berpendapat bahawa tujuan pendidikan adalah untuk mengetahui ajaran agama baik secara ilmiah maupun secara amaliah. Ini kerana dia termasuk ulama ahli fiqih dan tokoh dari ulama ahli sunnah wal jama’ah. Sedangkan Ibnu Maskawih berpendapat bahawa tujuan pendidikan ialah tercapainya kebajikan,kebenaran dan keindahan. Ikhwan As-Safa, cenderung berpendapat bahawa tujuan pendidikan itu adalah mengembangkan faham filsafat dan akidah politik yang mereka anut. Al-Ghazali, berpendapat bahawa tujuan pendidikan itu adalah melatih para pelajar untuk mencapai makrifat kepada Allah melalui jalan tasawuf iaitu dengan mujahadah dan riyadhah.
BAB III: KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
3.1 Definisi Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan Islam berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Atau dengan kata lain kurikulum pendidikan Islam adalah semua aktiviti, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan secara sistematis diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka tujuan pendidikan Islam (H.syamsul Bahri Tanrere, 1993).
Berdasarkan keterangan di atas, maka kurikulum pendidikan Islam itu merupakan satu komponen pendidikan agama berupa alat untuk mencapai tujuan. Ini bermakna untuk mencapai tujuan pendidikan agama (pendidikan Islam) diperlukan adanya kurikulum yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam dan bersesuaian pula dengan tingkat usia, tingkat perkembangan kejiwaan anak dan kemampuan pelajar.
3.2 Materi Pokok Dalam Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum pendidikan Islam meliputi tiga perkara iaitu masalah keimanan (aqidah), masalah keislaman (syariah) dan masalah ihsan (akhlak). Bahagian aqidah menyentuh hal-hal yang bersifat iktikad (kepercayaan). Termasuklah mengenai iman setiap manusia dengan Allah,Malaikat,Kitab-kitab, Rasul-rasul, Hari Qiamat dan Qada dan Qadar Allah swt.
Bahagian syariah meliputi segala hal yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang berpandukan kepada peraturan hukum Allah dalam mengatur hubungan manusia dengan Allah dan antara sesama manusia.
Bahagian akhlak merupakan suatu amalan yang bersifat melengkapkan kedua perkara di atas dan mengajar serta mendidik manusia mengenai cara pergaulan dalam kehidupan bermasyarakat.
Ketiga-tiga ajaran pokok tersebut di atas akhirnya dibentuk menjadi Rukun Iman,Rukun Islam dan Akhlak. Dari ketiga bentuk ini pula lahirlah beberapa hukum agama, berupa ilmu tauhid, ilmu fiqeh dan ilmu akhlak. Selanjutnya ketiga kelompok ilmu agama ini kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar hukum Islam, iaitu al-Quran dan al-Hadis serta ditambah lagi dengan sejarah Islam.
Sementara itu menurut Dr. Hj. Maimun Aqsa, perkara yang perlu didahulukan dalam kurikulum pendidikan Islam ialah al-Quran, Hadis dan juga Bahasa Arab. Kedua ialah bidang ilmu yang meliputi kajian tentang manusia sebagai individu dan juga sebagai anggota masyarakat. Menurut istilah moden hari ini, bidang ini dikenali sebagai kemanusiaan (al-ulum al-insaniyyah). Bidang-bidangnya termasuklah psikologi, sosiologi, sejarah, ekonomi dan lain-lain. Ketiga bidang ilmu mengenai alam tabie atau sains natural ( al-ulum al-Kauniyyah), yang meliputi bidang-bidang seperti astronomi, biologi dan lain-lain.
Ruang lingkup materi pendidikan Islam sebenarnya ada terkandung di dalam al-Quran seperti yang pernah dicontohkan oleh Luqman ketika mendidik anaknya. Bagi Negara Brunei Darussalam Keluasan ruang lingkup pendidikan Islam tertakluk kepada pihak Kementerian Pendidikan, Kementerian Hal Ehwal Ugama, Jabatan Perkembangan Kurikulum, tingkat kelas, tujuan dan tingkat kemampuan pelajar. Bagi sekolah Arab dan agama khas tentunya mempunyai pembahasan yang lebih luas dan lebih terperinci berbanding sekolah umum. Begitu juga terdapat perbezaan yang jelas di antara peringkat rendah, menengah dan peringkat tinggi dan universiti.
Sedangkan mengenai sistem pengajaran dan teknik penyampaian adalah terserah kepada kebijakan guru melalui pengalamannya dengan cara memperhatikan bahan yang tersedia,waktu serta jadual yang sudah ditetapkan oleh pihak tertentu.
“Bagi pengajian tinggi, Pengajaran Agama Islam hendaklah dijadikan suatu mata pelajaran khas yang juga merupakan suatu pengajian yang mendalam mengenai sesuatu hukum dan difahamkan maksud-maksud pengajaran Agama Islam itu supaya mereka dapat mengamalkan pengajaran itu menjadi sebagai suatu cara hidup dan menjadi panduan semasa mempelajari ilmu-ilmu yang lain terutama sekali ilmu Sains” (Hj.Mohd. Jamil Al-SufrI, 1982)
Bagi merumuskan maksud prinsip-prinsip kurikulum pendidikan Islam kita lihat pandangan Prof. Mohd. Athiyah (Tajul Ariffin Noordin, 1990). Beliau menjelaskan;
“Pendidikan moden sekarang ini memerlukan pendidikan Islam. Iaitu pendidikan idealis yang bersifat kerohanian, moral dan keagamaan. Ini membuatkan kita belajar untuk ilmu dan kelazatan ilmiah. Dengan demikian kita terlepas daripada keruntuhan, kejahatan dan kemiskinan, penjajahan dan keangkaramurkaan, serta peperangan-peperangan dengan segala bencana yang ditimbulkannya. Demi untuk mendapat bersama menikmati suatu kehidupan yang abadi hidup bersama saling bantu-membantu dan dalam suasana demokrasi dan bahagia”
3.3 Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam
Di antara perkara yang paling penting di dalam pembentukan setiap kurikulum, tidak terkecuali kurikulum pendidikan Islam, ialah penyusunannya. Untuk penyusunan yang rapi dan berkesan, kerjasama antara pihak sekolah dan pihak penggubal kurikulum amatlah diperlukan. Penyusunan tersebut hendaklah menitikberatkan kesesuaiannya menurut kemampuan pelajar.
Penyusunan kurikulum yang tepat akan membawa manusia semakin hampir kepada Allah. Seterusnya akan melahirkan genarasi manusia “para sahabat” yang intelek, berilmu, beriman dan baramal. Kurikulum yang disusun hendaklah berkesinambungan dari peringkat rendah hinggalah ke peringkat menengah berterusan ke peringkat universiti bersesuai dengan kehendak dan keperluanNegara.
Selanjutnya, oleh kerana matlamat kurikulum dan pendidikan Islam untuk melahirkan individu yang sempurna, samaada dari segi rohani mahupun jasmani, mata pelajaran dalam kurikulum itu hendaklah bersifat sepadu. Dengan kata lain mata pelajaran dalam kurikulum pendidikan Islam tidaklah terbatas kepada ilmu-ilmu yang berbentuk teoritis sahaja, baik bersifat naqli mahupun aqli tetapi juga berbentuk praktis, seperti pendidikan jasmani,latihan ketenteraan, teknik, pertukangan, pertanian dan perniagaan. Kurikulum yang semata-mata membekalkan pelajaran yang berbentuk spiritual boleh menyulitkan sesuatu institusi pengajian khususnya dari segi pembangunan material ( Hj. Abdullah Ishak, 1989)
BAB V: PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kepada rencana yang ditulis ini maka dapatlah penulis membuat beberapa kesimpulan seperti berikut:
i. Pendidikan Islam mencelup keperibadian Muslim dengan celupan yang khas yang membezakan dari bentuk-bentuk pendidikan yang lain. (Hassan Langgulung,1979). Pernyataan di atas memberi gambaran kepada kita bahawa pendidikan Islam merupakan faktor utama yang paling penting untuk membentuk ketinggian peribadi setiap Muslim. Pendidikan Islam mempunyai tujuan-tujuan dan matlamat-matlamat tertentu yang semata-mata untuk mewujudkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat dan seterusnya untuk memperolehi keredaan Allah s.w.t.
ii. Skop pendidikan Islam terlalu luas. Ia merangkumi syariah, adabiah, riadhah, akliah dan seluruh penghidupan manusia,perbuatan, tingkahlaku dan amalan. Untuk menghayati skop pendidikan Islam ini, maka setiap individu Muslim haruslah memahami terlebih dahulu asas-asas dan konsep yang bertunjangkan akidah Islamiah. Kemudian diikuti dengan akliah ilmu pengetahuan, akhlak dan kesihatan. Pendidikan Islam itu memerlukan amalan dan penghayatan sebab seseorang itu tidak boleh mengamalkan sesuatu perkara tanpa memahaminya terlebih dahulu, khasnya asas-asas pendidikan Islam, seperti mengenal Allah, memahami rukun-rukun iman dan rukun-rukun Islam dan sebagainya (Ustaz Abdul Raof Dalip, 1990).
Jelasnya,di dalam pendidikan Islam terkumpul empat bidang utama iaitu pendidikan jiwa, pembersihan rohani, pembentukan akal fikiran yang sihat serta kecergasan tubuh badan.
iii. Kurikulum Pendidikan Islam “bertujuan menanamkan kepercayaan dalam pemikiran dan hati genarasi muda, pemulihan akhlak dan membangunkan jiwa rohani. Ia juga bertujuan untuk memperoleh pengetahuan secara berterusan, gabungan pengetahuan dan kerja, kepercayaan dan akhlak dan penerapan amalan teori dalam hidup” (Muhammad Hamid Al-Afendi & Nabi Ahmed Baloch, 1992)
iv. Dalam konteks Negara Brunei Darussalam pihak kerajaan pernah menegaskan tentang kepentingan penyusunan kurikulum secara teliti. Penekanan ini dibuat dengan tujuan untuk melahirkan penuntut-penuntut yang berguna kepada bangsa, agama dan negaranya:
“Di bidang pelajaran, kerajaan beta sedang berusaha untuk meningkatkan lagi taraf pencapaian pelajaran di Negara ini. Sehubungan dengan ini, beta ingin menyatakan bahawa perancangan pelajaran yang tersusun rapid an teliti lagi consistent adalah mustahak dalam usaha untuk melahirkan tenaga manusia yang berkemahiran dan bersesuaian dengan keperluan Negara” (Pelita Brunei, 1989)
Manakala dibidang pendidikan khususnya pendidikan agama (Islam) pihak kerajaan tetap mengutamakan pendidikan Islam agar rakyat dan penduduk Negara Brunei Darussalam yang berugama Islam dapat menghayati Islam sebagai satu cara hidup yang lengkap. Dengan itu negara Islam akan tetap wujud dan bangsa Melayu yang mendaulatkan raja akan terus gemilang yang berpegang kepada konsep Melayu Islam Beraja yang sewajibnya dikekalkan sepanjang zaman:
“Pendidikan pada khususnya mestilah jelas, bahawa keperluan umum tidak akan mengatasi keperluan agama. Dalam makna, pendidikan agama juga hendaklah sama-sama diutamakan. Di peringkat asas, pendidikan agama hendaklah sempurna, sementara di peringkat tinggi pula hendaklah mampu melahirkan ulama dan cendekiawan berwibawa. Jangan sama sekali ia kurang atau dikurangkan. Kerana berdasarkan fakta sejarah di mana-mana sahaja, jika pendidikan agama lemah, maka akan lemah pulalah bangsa” (Himpunan Titah,2006)
Akhir kata penulis ingin menyeru setiap individu agar mengutamakan pendidikan Islam dalam segala aspek kehidupan. Seterusnya di dalam menentukan kejayaan dan keberkesanan pendidikan Islam di setiap peringkat persekolahan maka penyusunan kurikulum pendidikan Islam secara teliti, sistematik sentiasa dikemaskinikan mengikut keperluan semasa hendaklah diutamakan. Manakala bagi menghasilkan kejayaan yang sempurna maka pembentukannya hendaklah melalui kerjasama yang erat semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan dengan disokong oleh pihak kerajaan.
BIBLOIGRAFI
Al-Quran Al-Karim.
Abdul Halim El-Muhammady Dr., Pendidikan Islam;Falsafah,Disiplin dan Peranan Pendidik, Dewan Pustaka Islam, Selangor Darul Ehsan, 1991.
Abd. Rahman Saleh, Didaktik Pendidikan Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1973.
Abdul Raof Dalip,Ustaz, Asas-Asas Pendidikan Islam, Progressive Products Supply, Selangor Darul Ehsan,1990.
Abdur Rosyad Syuhudi,Dr., Pendidikan Islam, Universiti Brunei Darussalam, Bandar Seri Begawan, 1990.
Ali Al-Jumbulati & Abdul Futuh At-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan Islam, terjemahan Prof. H.M. Arifin,M.Ed. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta,1994.
Gamal Zakaria,Dr., Ibnu Sahnun, Mutiara Pendidik Muslim,Pusat Penyelidikan dan Pembangunan Akademik,Kolej Islam Darul Ehsan, Selangor Darul Ehsan, 2002.
Ghazali Darusalam, Pedagogi Pendidikan Islam, Utusan Publication & Distributors Sdn Bhd, kuala Lumpur, 2004.
H. Syamsul Bahri Tanrere, Kaedah Pengajaran Pendidikan Agama,Universiti Brunei Darussalam, Bandar Seri Begawan, 1993.
Hj. Abdullah Ishak, Dr., Sejarah Perkembangan Pelajaran Dan Pendidikan Islam, Al-Rahmaniah, Selangor Darul Ehsan, 1989.
Hj. Maimun Aqsa bin Hj. Abidin Lubis , Dr., Falsafah Pendidikan Islam, Universiti Brunei Darussalam, Bandar Seri Begawan, t.t.
Haron Din,Dr. & Sobri Salamon, Dr., Masalah Pendidikan Islam Di Malaysia, Al-Rahmaniah, Kuala Lumpur, 1988.
Hassan Langgulung, Pendidikan Islam, Pustaka Antara, Kuala Lumpur, 1979.
________________,Beberapa Tinjauan Dalam Pendidikan Islam, Pustaka Antara, Kuala Lumpur,1981.
Himpunan Titah Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Baginda Sultan Dan Yang Di-Pertuan Negara Brunei Darussalam Di Majlis-Majlis Keagamaan Dan Titah-Titah Yang Berunsurkan Keagamaan (1997-2005), Pusat Da’wah Islamiah, Kementerian Hal Ehwal Ugama, Negara Brunei Darussalam, 2006.
Ibrahim Saad, Isu Pendidikan Di Malaysia, Dewan Bahasa dan Pustaka,Kementerian Pelajaran Malaysia, Kuala Lumpur, 1986.
Kamarudin Hj. Kachar, Prof. Dr., Strategi Penerapan Nilai-Nilai Islam Di Institusi Pendidikan, Teks Publishing Sdn. Bhd. Malaysia, 1989.
Kementerian Pelajaran Malaysia, Laporan Jawatankuasa Kabinet Mengkaji Pelaksanaan Dasar Pelajaran, Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 1984.
Mohd Yusuf Ahmad, Falsafah dan Sejarah Pendidikan Islam, Penerbit Universiti Malaya, Kuala Lumpur, 2002.
Musa bin Daia, Prinsip Am Pendidikan,Pustaka Aman Press, Kota Baharu Kelantan, 1986.
Muhammad Hamid Al-Afendi & Nabi Ahmed Baloch, Kurikulum Dan Pendidikan Guru, terjemahan Ahmad Jaffni Hassan, Mohamad Nordin Zainuddin, Asiah Idris, Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur,1992.
Muhammad Salih Samak, Ilmu Pendidikan Islam, terjemahan Wan Amnah Yaacob,Saedah Suhaimi,Ahmad Ismail, Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 1980.
Nicholls, H. dan Audrey, Perkembangan Kurukulum: Satu Panduan Praktis, terjemahan Dr. Mohamad Daud Hamzah & Dr. Koh Tsu Koon, Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pelajaran Malaysia, 1987.
P.O.K. Amar Diraja Dato Seri Utama (Dr.) Awang Hj. Mohd. Jamil Al-Sufri, Corak Pendidikan Di Brunei Pada Masa Hadapan, Majlis Pelajaran Brunei, 1982.
Pg. Hj. Abu Bakar bin Pg Hj. Syariffuddin, Dr., Perkembangan Kurikulum Pendidikan Islam (Nota Kuliah), Universiti Brunei Darussalam, Bandar Seri Begawan, 2008.
Omar Al-Syaibani, Prof. Dr., Falsafah Pendidikan Islam, terjemahan Prof. Dr.Hasan Langgulung,Hizbi Sdn. Bhd., Selangor Darul Ehsan, 1991.
Samsul Nizar, M.A., Dr., Penghantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta,2001.
Sharifah Alwiah Alsagoff, Ilmu Pendidikan:Pedagogi, Heinemann, Kuala Lumpur, 1986.
__________________, Falsafah Pendidikan, Heinemann, Kuala Lumpur,1987.
__________________, Sosialogi Pendidikan, Heinemann, Kuala Lumpur,1987.
Sayid Sabiq, Unsur-Unsur Dinamika Dalam Islam, terjemahan Drs.Haryono S. Yusuf, PT Intermass, Jakarta, 1981.
Syed Sajjad Husain & Syed Ali Ashraf, Krisis Dalam Pendidikan Islam, terjemahan Drs.Fadhlan Mudhafir, Al-Mawardi Prima, Jakarta, 2000.
Tajul Ariffin Noordin, Prof. Dr., Pendidikan Suatu Pemikiran Semula,Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur, 1990.
Teuku Iskandar,Dr., Kamus Dewan, Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, Malaysia, 1986.